Wednesday 20 February 2013

Belajar atau Kursus Setir Mobil

Ingat waktu kecil betapa susahnya belajar naik sepeda. Dulu kita belajar dengan sepeda onthel. Parahnya ada sepeda onthel yang pakai bar di tengahnya sehingga membawanya mesti miring-miring. Lebih mudah dengan menggunakan yang tanpa batang/bar, namun  mesti hati-hati karena sering juga batang bagian bawah tersentuh oleh pangkal paha alangkah sakitnya.

Begitu sepeda motor bermunculan di pertengahan tahun 70an, orang-orang pun sibuk belajar mengendarainya. Sepeda mulai ditinggalkan. Namun tidak sedikit yang menanggung akibatnya, karena sepeda motor jelas memiliki power mesin yang jika tidak hati-hati dapat membahayakan jiwa dan badan.

Setelah dua kendaraan itu dikuasai, tentu saja keinginan mengendarai mobil jauh lebih kuat daya tariknya. Apa sebab? Mengendarai mobil jauh lebih aman dan nyaman. Tidak kena hujan dan panas. Tidak kena angin. Bisa dipasangi AC dan sanggup membawa banyak penumpang. Bisa menyetel musik, radio dan televisi bahkan menyimpan minuman. Hebat bukan?

Penasaran dengan hebatnya mobil, akhirnya saya dapat juga belajar menggunakannya pada tahun 1996. Ketika itu mobil yang digunakan adalah Jimmy Katana. Saya belajar di kursus resmi. Mobil yang digunakan untuk kursus itu memiliki rem yang dihubungkan juga dengan kaki instruktur. Jadi ketika siswa melakukan kesalahan, sang instruktur dapat mengendalikan/menghentikan mobil dengan segera.

Sebenarnya belajar membawa mobil tidak begitu sulit. Itu jika dibawa di jalan lurus dan tidak banyak rintangan. Rintangan sebenarnya dalam mengendarai mobil bukan di jalan raya, namun di tempat parkir, gang sempit, polisi tidur, tanjakan curam, dan posisi yang ekstra hati-hati adalah posisi mundur.

Tantangan terberat saya ketika belajar stir mobil adalah ketika melewati pasar. Sang instruktur mengatakan bahwa kalau tidak sanggup melewati pasar tumpah, tak bakalan lulus dalam mengendarai mobil. Kunci utama adalah memainkan kopling dan gas. Sama ketika melewati polisi tidur, antrian macet, dan parkir. Kemahiran menggunakan kopling dan gas adalah mutlak utamanya untuk mobil manual.

Lulus dari kursus menyetir mobil, saya malah kecanduan membawa mobil. Sampai-sampai atasan di kantor menegur saya karena mobil kantor sering saya "larikan" karena memang lagi senang-senangnya membawa mobil. Ketika itu, mobil yang sering saya bawa adalah Mitsubishi L300 yang persnelingnya dekat dengan stir mobil.

Lalu di mana plus minusnya Mitsubishi L300 itu? Tunggu kisah selanjutnya.

No comments:

Post a Comment